Mujair
merupakan sejenis ikan air tawar yang biasa dikonsumsi. Penyebaran alami ikan
ini adalah perairan Afrika dan di Indonesia
pertama kali ditemukan oleh Pak Mujair di muara Sungai Serang pantai
selatan Blitar, Jawa Timur pada tahun 1939. Meski masih menjadi misteri,
bagaimana ikan itu bisa sampai ke muara terpencil di selatan Blitar, tak urung
ikan tersebut dinamai ‘mujair’ untuk mengenang sang penemu.
Budidaya
Ikan Mujair
Pedoman
Teknis Budidaya Mujair
Sarana
berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikanmujair tergantung
dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb). Adapun jenis kolam
yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan mujair antara lain:
1). Kolam
pemeliharaan induk/kolam pemijahan
Kolam ini
berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam tanah yang
luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m2. Adapun
syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20-22 derajat C;
kedalaman air 40-60 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir.
2). Kolam
pemeliharaan benih/kolam pendederan
Luas kolam
tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm.
Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam
pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
3). Kolam
pembesaran
Kolam
pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih
selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan
beberapa kolam pembesaran, yaitu:
- Kolam
pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan selepas dari kolam
pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah dengan luas maksimum
250-500 meter persegi/kolam.
Pembesaran
tahap I ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab benih ukuran ini
memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka benih
memasuki pembesaran tahap kedua atau langsung dijual kepada pera petani.
- Kolam
pembesaran tahap II berfungsi untuk memelihara benih gelondongan besar. Kolam
dapat berupa kolam tanah atau sawah.
Keramba
apung juga dapat digunakan dengan mata jaring 1,25–1,5 cm.
Jumlah
penebaran pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.
- Pembesaran
tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam tanah antara
80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi.
4).
Kolam/tempat pemberokan
Merupakan
tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan.
Persiapan
Media Budidaya Mujair
Yang
dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan
ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dan lain-lain.Dalam menyiapkan
media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama
beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan
liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan,
yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa
juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan
dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.
Untuk
menyiapkan bibit ikan mujair yang akan dipelihara, perlu diperhatikan hal-hal
penyiapan media pemeliharaan, pemilihan dan pemeliharaan induk, penetasan dan
persyaratan bibit, ciri-ciri bibit dan induk unggul.
1) Pemilihan
Induk
Ciri-ciri
induk bibit mujair yang unggul adalah sebagai berikut:
a. Mampu
memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi.
b.
Pertumbuhannya sangat cepat.
c. Sangat
responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
d. Resisten
terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
e. Dapat
hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
f. Ukuran
induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 100 gram lebih per ekornya.
Adapun
ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai
berikut:
a. Betina
- Terdapat 3
buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang
urine.
- Ujung
sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
- Warna
perut lebih putih.
- Warna dagu
putih.
- Jika perut
distriping tidak mengeluarkan cairan.
b. Jantan
- Pada alat
urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap
lubang urine.
- Ujung
sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
- Warna
perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
- Warna dagu
kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
- Jika perut
distriping mengeluarkan cairan.
Pembibitan
ikan mujair dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
a. Sistim
satu kolam
Pada sistim
ini kolam pemijahan/pembenihan disatukan dengan kolam pendederan/ pemeliharaan
anak. Setelah dilakukan persiapan media pembibitan, tebarkan induk jantan dan
betina dengan perbandingan 1:2 atau 1:4 dengan jumlah kepadatan 2 pasang/10
meter persegi.
Pamanenan
dilakukan setiap 2 minggu sekali.
b. Sistem
dua kolam
Pada sistim
ini proses pemijahan dan pendederan dilakukan pada kolam terpisah, dengan
perbandingan luas kolam pemijahan dengan kolam pendederan adalah 1:2 atau 1:4.
Dasar kolam pendederan harus lebih rendah dari dasar kolam lainnya agar aliran
air cukup deras mengalir dari kolam pemijahan ke kolam pendederan. Pada pintu
kedua kolam tersebut dipasang saringan kasar agar hanya anak-anak ikan saja
yang dapat lewat. Jumlah dan kepadatan induk jantan dan betina yang disebarkan
sama dengan sistim satu kolam.
c. Sistim
platform
Pada sistim
ini kolam dibagi dalam 4 bagian, yaitu kolam pertama sebagai tempat induk
jantan dan betina bertemu atau tempat pemijahan. Kolam kedua tempat induk
betina dimana disekat oleh kisi atau krei bambu dengan ukuran lubang-lubang
sebesar badan induk betina sehingga hanya induk betina yang dapat lolos ke
kolam kedua ini. Kolam ketiga merupakan temapt pelepasan larva dan temapat yang
ke empat adalah tempat pendederan. Persiapan media dan jumlah induk yang
dilepas sama dengan sistim yang pertama.
Pemijahan
dan penetasan ikan mujair berlangsung sepanjang tahun pada kolam pemijahan dan
tidak memerlukan lingkungan pemijahan secara khusus. Hal yang perlu dilakukan
adalah penyiapan media pemeliharaan seperti pengerikan pengapuran dan
pemupukan. Ketinggian air di kolam dipertahankan sekitar 50 cm.
Untuk
menambah tingkat produkivitas dan kesuburan, maka diberikan makanan tambahan
dengan komposisi sebagai berikut: tepung ikan 25%, tepung kopra 10% dan dedak
halus sebesar 65%. Komposisi ransum ini digunakan dalam usaha budidaya ikan
mujair secara komersial. Dapat juga diberi makanan yang berupa pellet yang
berkadar protein 20-30% dengan dosis 2-3% dari berat populasi per hari,
diberikan sebanyak 2 kali/hari yaitu pada pagi dan sore hari. Pemijahan akan
terjadi setelah induk jantan membuat lubang sarang yang berupa cekungan di
dasar kolam dengan garis tengah sekitar 10-35 cm.
Begitu
pembuatan sarang pemijahan selesai, segera berlangsung proses pemijahan.
Setelah proses pembuahan selesai, maka telur-telur hasil pemijahan segera
dikumpulkan oleh induk betina ke dalam mulutnya untuk dierami hingga menetas.
Pada saat tersebut induk betina tidak aktif makan sehingga terlihat tubuhnya
kurus. Telur akan menetas setelah 3-5 hari pada suhu air sekitar 25-27 derajat
C. Setelah sekitar 2 minggu sejak penetasan, induk betina baru melepaskan
anak-anaknya, karena telah mampu mencari makanan sendiri.
Pendederan
atau pemeliharaan anak ikan mujair dilakukan setelah telur-telur hasil
pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan yang sudah siap
menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta
dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai
ketentuan. Begitu pula dengan pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan
ketentuan. Jumlah penebaran dalam kolam pendederan tergantung dari ukuran benih
ikan. Benih ikan ukuran 1-3 cm, jumlah penebarannya sekitar 30-50 ekor/meter
persegi, ukuran 3-5 cm jumlah penebarannya berkisar 5-10 ekor/meter persegi.
Sedangkan anak ikan ukuran 5-8 cm jumlah penebarannya 2-5 ekor/meter persegi.
Untuk benih yang ukuran 5-8 cm ini, sebaiknya dilakukan secara monoseks kultur,
karena pada ukuran tersebut benih ikan sudah dapat dibedakan yang berjenis
kelamin jantan atau betina.
Pemeliharaan
pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun monokultur.
a)
Polikultur
1. ikan
mujair 50%, ikan tawes 20%, dan mas 30%, atau
2. ikan
mujair 50%, ikan gurame 20% dan ikan mas 30%.
b)
Monokultur
Pemeliharaan
sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan dengan polikultur dan
pada sistem ini dilakukan pemisahan antara induk jantan dan betina.
Pembesaran
ikan mujair pun dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa berukuran 1 x
2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapa dapat disesuaikan
dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedang diberokan dapat
dipergunakan pula untuk pemijahan dan pemeliharaan benih ikan mujair. Sebelum
digunakan petak sawah diperdalam dahulu agar dapat menampung air sedalam 50-60
cm, dibuat parit selebar 1-1,5 m dengan kedalaman 60-75 cm.
1) Pemupukan
Pemupukan
kolam bertujuan untuk meningkatkan dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara
merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyakbanyaknya. Pupuk yang biasa
digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 50–700 gram/m2
2) Pemberian
Pakan
Apabila
tingkat produkivitas dan kesuburan kolam sudah semakin berkurang, maka bisa
diberikan makanan tambahan dengan komposisi sebagai berikut: tepung ikan 25%,
tepung kopra 10% dan dedak halus sebesar 65%. Komposisi ransum ini digunakan
dalam usaha budidaya ikan munjair secara komersial. Dapat juga diberi makanan
yang berupa pellet yang berkadar protein 20-30% dengan dosis 2-3% dari berat populasi
per hari, diberikan sebanyak dua kali per hari yaitu pada pagi dan sore hari.
Disamping
itu juga kondisi pakan dalam perairan tersebut sesuai dengan dosis atau
ketentuan yang ada. Yaitu selain pakan dari media dasar juga perlu diberi
makanan tambahan berupa hancuran pellet atau remah dengan dosis 10% dari berat
populasi per hari. Pemberiannya 2-3 kali/hari.
3)
Pemeliharaan Kolam/Tambak
Dalam hal
pemeliharaan ikan mujair yang tidak boleh terabaikan adalah menjaga kondisi
perairan agar kualitas air cukup stabil dan bersih serta tidak
tercemari/teracuni oleh zat beracun.
Hama dan
Penyakit Ikan Mujair
Hama Ikan
Mujair
1) Bebeasan
(Notonecta)
Berbahaya
bagi benih karena sengatannya.
Pengendalian:
menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
2) Ucrit
(Larva cybister)
Menjepit
badan ikan dengan taringnya hingga robek.
Pengendalian:
sulit diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
3) Kodok
Makan telur
telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung; menagkap dan
membuang hidup-hidup.
4) Ular
Menyerang
benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran kolam.
5) Lingsang
Memakan ikan
pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
6) Burung
Memakan
benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.
Pengendalian:
diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau
tali penghalang.
Secara umum
hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit dan hama pada
budidaya ikan mujair:
a)
Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
b)
Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
c) Hindari
penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
d) Sistem
pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan
air.
e) Pemberian
pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
f)
Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan secara
hati-hati dan benar.
g) Binatang
seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai
pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.
Pemanenan
ikan mujair dapat dilakukan dengan cara: panen total dan panen sebagian.
1) Panen
sebagian atau panen selektif
Panen
selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan dipanen dipilih
dengan ukuran tertentu (untuk pemanenan benih). Ukuran benih yang akan dipanen
(umur 1-1,5 bulan) tergantung dari permintaan konsumen, umumnya digolongkan
untuk ukuran: 1-3 cm; 3-5 cm dan 5-8 cm.
Pemanenan
dilakukan dengan menggunakan waring yang di atasnya telah ditaburi umpan
(dedak). Ikan yang tidak terpilih (biasanya terluka akibat jaring), sebelum
dikembalikan ke kolam sebaiknya dipisahkan dan diberi obat dengan larutan malachite
green 0,5-1,0 ppm selama 1 jam.
2) Panen
total
Umumnya
panen total dilakukan untuk menangkap/memanen ikan hasil pembesaran. Umumnya
umur ikan mujair yang dipanen berkisar antara 5 bulan dengan berat berkisar
antara 30-45 gram/ekor. Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam,
hingga ketinggian air tinggal 10-20 cm.
Petak
pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di depan pintu
pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan
dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau
scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk
menghindari lukanya ikan.
Penanganan
pascapanen ikan mujair dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun
ikan segar.
1)
Penanganan ikan hidup
Adakalanya
ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup.
Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke
konsumen
dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
a. Dalam
pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajatC.
b. Waktu
pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
c. Jumlah
kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
2)
Penanganan ikan segar
Ikan segar
mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan
untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
a.
Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
b. Sebelum
dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
c. Wadah
pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam
perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun
pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau
fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
d. Ikan
diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es
berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan
ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas
lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya.
Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan
penutup kotak.
Sedangkan
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai berikut:
1) Benih
ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak
cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem
tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
2) Air yang
dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta
bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah
diaerasi semalam.
3) Sebelum
diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.
Gunakan
tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang
baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m.
Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah
5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus
disesuaikan dengan ukuran benihnya.
4)
Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi
dua bagian, yaitu:
a. Sistem
terbuka
Dilakukan
untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama.
Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter
dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
b. Sistem
tertutup
Dilakukan
untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam,
menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih
5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan
benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke
dalam kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan
kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke
kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:1); (4)
kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan
posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35
m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai
berikut:
1) Siapkan
larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter
air bersih).
2) Buka
kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit
demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi
perlahan-lahan.
3) Pindahkan
benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.
4) Masukan
benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan
benih ikan
diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25
ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat
lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
5) Setelah 1
minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.
0 comments:
Post a Comment