klik tulisan untuk memperbesar |
Budidaya
ikan patin meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi menjadi 2
kegiatan yaitu pembenihan dan pembesaran. Pada usaha budidaya yang semakin
berkembang, tempat pembenihan dan pembesaran sering kali dipisahkan dengan
jarak yang agak jauh. Keberhasilan transportasi benih ikan biasanya sangat erat
kaitannya dengan kondisi fisik maupun kimia air, terutama menyangkut oksigen
terlarut, NH3, CO2 , pH, dan suhu air. 1. Penyiapan Sarana dan Peralatan Lokasi
kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Pada kolam
penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada
telurnya.
Petak
tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak
pengendapan dan bak penyaringan. Induk yang ideal adalah dari kawanan patin
dewasa hasil pembesaran dikolam sehingga dapat dipilihkan induk yang
benar-benar berkualitas baik. Perlakuan dan Perawatan Bibit Induk patin yang
hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus di dalam sangkar
terapung. Upaya untuk memperoleh induk matang telur yang pernah dilakukan oleh
Sub Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Palembang adalah dengan memberikan
makanan berbentuk gumpalan (pasta) dari bahan-bahan pembuat makanan ayam dengan
komposisi tepung ikan 35%, dedak halus 30%, menir beras 25%, tepung kedelai
10%, serta vitamin dan mineral 0,5%.
Pada hari
ketiga, benih ikan diberi makanan tambahan berupa emulsi kuning telur ayam yang
direbus. Pembesaran ikan patin dapat dilakukan di kolam, di jala apung, melalui
sistem pen dan dalam karamba. Pada pembesaran ikan patin di jala apung, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah: lokasi pemeliharaan, bagaimana cara menggunakan
jala apung, bagaimana kondisi perairan dan kualitas airnya serta proses
pembesarannya. Pada pembesaran ikan patin sistem pen, perlu diperhatikan:
pemilihan lokasi, kualitas air, bagaimana penerapan sistem tersebut, penebaran
benih, dan pemberian pakan serta pengontrolan dan pemanenannya. Hampang dapat
terbuat dari jaring, karet, bambu atau ram kawat yang dilengkapi dengan tiang
atau tunggak yang ditancapkan ke dasar perairan.
Jumlah
makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan
peliharaan. Hal ini dapat diketahui dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan
contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara (smpel). Pemeliharaan Kolam dan
Tambak Selama pemeliharaan, ikan dapat diberi makanan tambahan berupa pellet
setiap hari dan dapat pula diberikan ikan-ikan kecil/sisa (ikan rucah) ataupun
sisa dapur yang diberikan 3-4 hari sekali untuk perangsang nafsu makannya. Hama
Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin menyerang
antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Pada pembesaran
ikan patin di jala apung (sistem sangkar ada hama berupa ikan buntal (Tetraodon
sp.) yang merusak jala dan memangsa ikan. Ikan-ikan kecil yang masuk kedalam
wadah budidaya akan menjadi pesaing ikan patin dalam hal mencari makan dan
memperoleh oksigen.
Biasanya
pinggiran waduk atau danau merupakan markas tempat bersarangnya hama, karena
itu sebaiknya semak belukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar lokasi
dibersihkan secara rutin. Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau
(Lepto-tilus javanicus), pecuk (Phalacrocorax carbo sinensis), blekok
(Ramphalcyon capensis capensis) adalah dengan menutupi bagian atas wadah budi
daya dengan lembararan jaring dan memasang kantong jaring tambahan di luar
kantong jaring budi daya. Penyakit Penyakit ikan patin ada yang disebabkan
infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul
akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Produksi benih ikan patin
secara masal masih menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat
serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih
patin yang mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan.
0 comments:
Post a Comment