Pages

Saturday, November 5, 2011

Inovasi Ternak Dan Kultur Jaringan Menambah Pendapatan Petani


ITIK HIBRIDA ‘MASTER’ SEBAGAI BIBIT NIAGA ITIK PETELUR UNGGUL
(Hasil Teknologi Pemuliaan Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor)
Kebutuhan akan bibit itik petelur berkualitas dengan produktivitas yang tinggi terasa semakin mendesak dengan terjadinya pergeseran pola usaha peternakan itik petelur dari tradisional ke arah yang lebih intensif.

Keberadaan bibit unggul akan dapat secara nyata mendorong pengembangan peternakan itik yang selama ini telah mampu memberikan sumbangan yang nyata terhadap produksi telur maupun daging secara nasional, namun masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan usaha peternakan ayam ras. Oleh karena itulah dengan teknologi pemuliaan ternak yang benar ingin diperoleh bibit unggul itik petelur yang dapat dikembangkan secara komersial dan tersedia bagi para peternak.
Setelah melalui serangkaian proses penelitian dan evaluasi berbagai jenis itik yang ada di Indonesia maka disimpulkan bahwa itik hibrida hasil persilangan antara itik Mojosari jantan dan Alabio betina, yaitu itik ‘MASTER’ (secara generik disebut itik hibrida MA), adalah yang paling berpotensi untuk dikembangkan sebagai bibit itik petelur yang unggul. Namun demikian, tidak semua persilangan antara itik Mojosari dan Alabio dapat menghasilkan bibit petelur unggul, karena tidak semua itik Mojosari maupun Alabio yang ada di lapang saat ini secara genetis berkualitas baik.
Oleh karena itu, itik Mojosari dan Alabio yang digunakan sebagai induk dalam menghasilkan itik hibrida harus sudah melalui serangkaian proses seleksi agar dapat berproduksi bagus dan konsisten, dengan keseragaman produksi yang tinggi. Balai Penelitian Ternak (Balitnak) di Ciawi telah melakukan proses seleksi sejak tahun 1999 terhadap kelompok itik Mojosari dan itik Alabio untuk dijadikan bibit induk (parent stock) dalam menghasilkan itik hibrida ‘MASTER’ yang merupakan bibit niaga (final stock) sebagai penghasil telur itik yang unggul.
Keunggulan ini hanya ditunjukkan oleh hibrida yang berasal dari persilangan antara itik Mojosari jantan dan itik Alabio betina, sedangkan kalau induk jantan dan betina dibalik maka hibridanya tidak akan menunjukkan keunggulan terhadap tetuanya. Hal ini karena keunggulan hibrida hasil persilangan tidak berlaku resiprokal dan ini terkait dengan adanya pengaruh genetis maternal dari induk betina. Hasil persilangan antara itik Mojosari dan Alabio ini bersifat genetis spesifik dengan keunggulan hibridanya yang tidak dapat dihasilkan dari persilangan dengan jenis itik-itik yang lain.
Teknologi bibit unggul itik petelur yang dihasilkan oleh Balitnak ini telah dikembangkan oleh Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Kambing, Domba dan Itik di Pelaihari, Kalimantan Selatan, dan oleh beberapa peternak pembibit baik di Pulau Jawa dan Sumatera. Penggunaan itik hibrida ‘MASTER’ ini memang dimaksudkan sebagai bibit niaga (final stock) karena memang tidak untuk dibibitkan lagi, karena secara genetis kalau hibrida ini dikawinkan lagi dengan sesamanya atau dengan tetuanya lagi akan menghasilkan keturunan yang produktivitasnya lebih rendah dan kehilangan 

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright (c) 2010 All About Horticulture and Powered by Blogger.