Click For Zoom |
Tak bisa
dipungkiri kalau sebenarnya komoditas produksi bunga Tanah Air berlimpah ruah.
Berdiri di hamparan tanah yang subur, jadi bukti Ibu Pertiwi ini memiliki
keragaman hayati. Anggrek jadi contoh kecil dari berjuta-juta kekayaan
floranya. Beribu-ribu spesies anggrek yang ada di Indonesia sudah lebih dari
cukup untuk dijadikan modal negeri ini sebagai produsen anggrek dunia.
Dari data
on-line Dirjen Hortikultura Indonesia tahun 2006-2007, permintaan bunga hias di
pasar dunia cenderung meningkat setiap tahun. Meski saat ini negara produsen
sekaligus pengekspor bunga hias masih didominasi oleh Belanda yang terkenal
dengan bunga tulipnya, pengembangan agribisnis tanaman bunga hias sudah
tersebar ke berbagai negara di belahan dunia, seperti Thailand, Singapura,
India, dan Indonesia.
Seperti
halnya negara-negara produsen bunga lainnya, Indonesia juga berpeluang besar
dalam mengembangkan agribisnis sub sektor tanaman hias, baik untuk memenuhi
permintaan dalam maupun luar negeri. Itu ditunjang dengan adanya kenyataan
bahwa penggunaan bunga potong untuk berbagai keperluan dalam negeri masih
mendominasi.
Bahkan di
masa mendatang, diramalkan pertumbuhan tingkat permintaan bunga potong di
Indonesia bakal meningkat 10% setiap tahun.
Daya serap
dan permintaan bunga potong paling potensial adalah masyarakat di kota-kota
besar, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Malang, Denpasar, dan dan
Medan. Namun disayangkan, tingginya permintaan bunga tak dibarengi dengan
jumlah penangkar anggrek saat ini. Jika diprosentase, Indonesia hanya memiliki
sekitar 30% penangkar dari jumlah total spesies anggrek yang tersedia.
Memang
ironis, jika Indonesia harus jadi produsen anggrek dunia untuk saat ini.
Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk bersama mewujudkan cita-cita
inilah yang jadi kendala dan dilema tersendiri. Namun tahukah Anda, kalau
anggrek bisa jadi aset budidaya yang mendatangkan potensi? Percaya atau tidak,
di balik keelokan bunga yang bisa dijumpai sepanjang musim ini, anggrek
menyimpan peluang usaha menjanjikan. Ingin tahu perhitungan dengan menjadikan
anggrek sebagai lahan bisnis dan sekaligus melestarikan spesiesnya?
Pra Produksi
Sebelum
melangkah lebih jauh untuk menjadikan anggrek sebagai peluang usaha, hal yang
berkaitan dengan kualitas produk sebaiknya perlu diperhatikan. Untuk membuat
tampilan anggrek tampil prima dalam skala massal saat dijual sudah kita bahas
di Tabloid Gallery edisi sebelumnya (edisi 18, red).
Intinya agar
nilai jualnya tinggi, kualitas barang pun perlu diperhitungkan, baik itu dengan
tujuan dijual dalam fase bibit ataupun tanaman sudah berbunga,” kata Penangkar
dan Pebisnis Anggrek di Malang Jawa Timur (Jatim), Kabul.
Di dalam
pengembangan komoditi tanaman anggrek, terdapat kendala-kendala yang menghambat
keberhasilan secara umum, yaitu:
1. Untuk
mendapatkan produk yang berkualitas harus terpenuhi teknologinya, yaitu mulai
dari teknik budidaya, seperti penggunaan benih yang sehat, penanaman,
pemeliharaan, penanganan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) sampai pasca panen.
2.
Keterbatasan informasi pasar dan belum adanya kepastian harga (harga selalu
berfluktuasi) terkadang menghambat perkembangan produksi dan luas areal.
3. Kurangnya
modal yang tersedia serta perlu adanya pembinaan untuk lebih meningkatkan
produksi sesuai dengan standar kualitas yang diinginkan pasar.
Dimana untuk
perawatan dan budidaya anggrek juga telah dibahas di Tabloid Gallery edisi 18
lalu. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menjamin suplai komoditi tanaman
anggrek, maka perlu dikembangkan sistem budidaya yang sehat sesuai agro
ekosistem, seperti menanam dan merawat anggrek sebagai keperluan komersial,
maka perlu mempertimbangkan segmentasi pasarnya.
Misalnya,
untuk tujuan dalam skala kecil, menengah atau besar. Selain persiapan
infra-struktur yang lengkap, seperti bibit, lahan bangunan, serta sarana dan
prasarana penunjang lainnya – diperlukan juga orientasi yang jelas pada jenis
produk yang akan diproduksi. Beberapa produk yang dihasilkan dari budidaya
anggrek skala komersial antara lain bibit, anggrek dalam pot, dan anggrek untuk
keperluan bunga potong.
“Untuk
kebutuhan komersial alangkah baiknya dipilih jenis anggrek yang laku dan
memiliki nilai tinggi di pasaran, seperti dendrobium, cattleya atau
phalaenopsis,” ujar Kabul. [santi]
Analisis
Budidaya Anggrek Massal
Setelah kita
memahami karakter setiap anggrek yang hendak kita budidaya, barulah mulai
memikirkan langkah perhitungan-perhitungan. Berikut perkiraan analisis budidaya
bunga anggrek ala Kabul dari Malang (disini, kita menggunakan jenis
dendrobium), yaitu:
1. Sewa
Lahan (luas 1,25 m x 12 m)/tahun Rp 2.000.000
2. Biaya
Produksi
a. Bibit
Bibit 8
botol @ x Rp 40.000 Rp 320.000
Akar Pakis
5 ikat (42 lempeng/ikat) Rp 75.000
b.
Perlengkapan
Arang 80
kg @ Rp 1.250 Rp 100.000
Pot ukuran
15 cm 400 bh x @ Rp 750 Rp 4.500.000
Gandasil 2
pack @ x Rp 7.500 Rp 15.000
Kerangka 1
unit bambu Rp 150.000
c. Pupuk
Furadan Rp
20.000
Azodrin 1
botol Rp 12.500
Pupuk Urea
5 kg x @ Rp 2.000 Rp 10.000
NPK 2,5 Kg
x @ Rp 2.000 Rp 5.000 (+)
Total Biaya
Produksi Rp 7.207.500
Pendapatan
Panen Pertama
Untuk satu
pohon atau pot bisa menghasilkan bunga sebanyak 2-3 tangkai bunga, dimana
anggrek dalam pot mulai berbunga pada umur 3-5 bulan dan jadi bunga potong pada
umur 6-7 bulan dengan masa panen optimal 4 kali setiap tahunnya. Pada panen ke
2-4 di atas umur 8 bulan, dalam satu tangkai bunga terdapat 10-15 kuntum bunga.
Harga 1 kuntum bunga mencapai Rp 750 sampai Rp 1000.
3 tangkai
x 10 kuntum x 400 pot x Rp 750 Rp 9.000.000
Keuntungan
Panen Pertama
Total
Pendapatan Rp 9.000.000
Total Biaya
Produksi Rp 7.207.500 (-)
Total
Keuntungan Rp 1.792.500
Nah,
perhitungan tersebut berlaku apabila menjualnya dalam bentuk kuntum bunganya
saja. Itu berbeda jika alternatif penjualannya juga dilakukan ketika tanaman
masih berada pada fase bibit. Terlebih, jika tampilan anggrek dijual dalam
kondisi lengkap dengan batang dan pot bunganya. Tentu itu akan berdampak pada
keuntungan yang berlipat. Hal ini dikarenakan harga satu pohon anggrek (dewasa
berbunga) mulai dari Rp 50 ribu. Alternatif yang menguntungkan, bukan?
0 comments:
Post a Comment